Friday, December 18, 2009

BAWA WTS KE RUMAH

Agaknya Marwoto memang lelaki hidung belang paling tolol se Kabupaten Tuban (Jatim). Sudah tahu WTS itu bagian dari sampah masyarakat, kenapa dikenalkan pada istri. Tentu saja keduanya cakar-cakaran. Nah, sekarang Mimin istrinya masuk rumah sakit setelah dilempar paving blok. Rugi sendiri kan jadinya?

Tak ada jajanan paling kotor, kecuali WTS sang wanita jalang. Jika jajanan atau kudapan yang dirubung lalat sebagaimana ditulis dalam buku Bahasaku karya BM Nor, bila dimakan juga, paling yang sakit perut si Sudin, Tuti maupun Amir. Tapi jika yang dimakan “jajanan” di kompleks WTS sebagaimana Silir (Solo), Gang Dolly (Surabaya), atau Rawamalang (Jakarta); yang sakit justru di bawah perut. Maklumlah, “kue” di kompleks WTS itu tidak lagi hiegenis, saking terlalu banyak dicemol lelaki sana dan sini.

Ini kue memang sekadar kiasan, tentu saja. Tapi bagi Marwoto, 45, praktisi keperempuanan alias “tukang jajan” alias lelaki hidung belang, sudahlah mafhum. Begitu lama dia malang melintang dalam kawasan black area (dunia hitam), Marwoto sangat hapal hampir seluruh lokasi pelacuran di Tanah Jawa. Jika ada cerdas cermat soal per-WTS-an di TVRI misalnya, pastilah dia mampu menjawab cepat dan tepat. “Semarang di Sunan Kuning, Tulungagung di Kedungwaru, Yogyakarta di Sanggrahan, Klaten di Mbaben, Magelang di Candi…..dst”.

Keberuntungan Marwoto adalah, meski sudah begitu buruk CV (Curikulum Vitae)-nya, masih ada juga wanita yang mau dipersuntingnya jadi istri. Tentu saja jika Mimin, 37, mau jadi pendamping, itu terjadi karena dia sama sekali tak tahu sisi buruk suaminya selama ini. Maklumlah, sebagaimana lazimnya lelaki suka main perempuan, penampilan Marwoto sehari-hari selalu trendy dan wangi. Tak pernah dia mau pakai baju kusut, apa lagi lepas kancing bajunya barang sebiji.

Anehnya pula, meski Marwoto “tukang jajan”, dia tak pernah sampai kepatil atau terkena penyakit kotor sebagaimana siphilys maupun rajasinga. Makin beruntung pula, anak-anaknya di rumah juga mulus-mulus tanpa cacat. Kalaupun ada cacat, paling cacat hukum; karena anak pertamanya dulu lahir ketika Marwoto - Mimin baru 6 bulan jadi pengantin. “Sekarang kan jaman serba instan, bayi lahir usia 6 bulan dalam kandungan juga biasa,” kelit Marwoto saat didonder anak pertamanya dulu.

Herannya pula, meski sudah punya istri yang siap jadi penyaluran kebutuhan biologis selama 24 jam, lelaki dari Desa Kerek Kecamatan Kerek (Tuban) ini masih juga suka keluyuran ke tempat pelacuran. Di daerahnya, dia punya langganan tetap si Vera, 25, yang mangkal di Kompleks WTS Dasin, Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu. Hari-hari tertentu, dia musti “ngetap olie” ke sini, terutama ketika istri di rumah sedang dalam kondisi berhalangan sementara alias: ……mens!

Sungguh tak dinyana, diam-diam ternyata Marwoto juga termasuk lelaki hidung belang berdarah dingin. Sudah tahu Vera adalah bagian dari sampah masyarakat, dibawa pula ke rumah dan diperkenalkan pada istri. Dikira wanita itu adalah teman bisnis suami, Mimin menerimanya dengan ramah. Dia baru terkejut ketika ada tetangga yang kasih informasi A 1. “Lho mbak, Vera itu kan WTS yang mangkal di Ndasin….,” bisik tetangga setelah tamunya pergi bersama Marwoto.

Akibatnya bisa ditebak. Ketika lain hari Marwoto kembali mengajak Vera ke rumah, langsung saja dilabrak Mimin. Disebut “lonte lonte….” di depan orang banyak, tentu saja Vera marah besar. Diambilnya batu paving blok dan langsung dilempar ke muka Mimin. Gegerlah warga Desa Kerek siang itu. Sementara Mimin dilarikan ke rumahsakit, Vera digelandang warga dan diserahkan ke Polsek Kerek.

No comments:

Post a Comment